“Earth Hour”: Kampanye “Green Capitalism” Paling Populer Hari Ini


We are the super species on Earth
but also the biggest trouble makers.
— Dalai Lama

We’re so self-important. So self-important. Everybody’s going to save something now. ‘Save the trees, save the bees, save the whales, save those snails. And the greatest arrogance of all: save the planet. What? Are these fucking people kidding me? Save the planet, we don’t even know how to take care of ourselves yet. We haven’t learned how to care for one another, we’re gonna save the fucking planet?
— George Carlin, Saving the Planet

“Ini aksiku, mana aksimu?”
“Tunjukkan aksimu di Earth Hour 2012!”


Beberapa minggu belakangan slogan kampanye yang awalnya dideklarasikan WWF Australia itu banyak tersebar di media massa, menjelang 31 Maret 2012 masyarakat di berbagai belahan negara dibombardir iklan tersebut demi kelancaran sebuah kegiatan ‘mematikan listrik selama satu jam setiap satu tahun’ yang diklaim sebagai aksi kepedulian terbesar dalam sejarah guna mencegah perubahan iklim global.

Sedikit saya ceritakan, World Wildlife Fund (WWF) adalah sebuah organisasi lingkungan yang disponsori Walmart, Nike, IBM, Bank of America, J.P. Morgan, DuPont, Coca-Cola, HSBC, Citigroup, Ikea, Phillip Morris, dan beberapa lainnya. Tahukah kamu? Korporasi-korporasi raksasa tersebut adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik bagi masyarakat dunia, sesungguhnya mereka inilah yang menyebabkan ketimpangan sosial dan kesengsaraan di berbagai tempat.

Pada November 2009, lebih dari 80 organisasi lingkungan dunia dari 31 negara sepakat menandatangani petisi untuk mengecam prakarsa WWF yang berjudul “Roundtable on Sustainable Palm Oil”. Petisi tersebut menyatakan bahwa keterlibatan WWF telah ditunggangi oleh korporasi-korporasi perminyakan guna memberikan justifikasi terhadap pembangunan pusat-pusat kilang minyak di Eropa.

Tidakkah kamu merasa aneh dengan aksi berkedok environmentalisme semacam ini? Tentu saja, sebuah penipuan global atas nama globalisasi.
 

Dalam FAQs (Frequently Asked Questions)-nya, WWF mendeskripsikan:
 

“Earth Hour akan mempertontonkan bagaimana dunia mengalami kegelapan selama satu jam. Dimana ratusan juta orang yang berasal dari segala macam ras, agama, budaya, masyarakat, generasi dan geografi, berkomitmen mematikan lampu mereka dalam perayaan global untuk melindungi sesuatu yang menyatukan kita semua—planet.”

Dan pernyataan lanjutan lainnya:

“Earth Hour hanya meminta orang-orang untuk mematikan penerangan yang non-esensial selama satu jam—bukan penerangan yang mempengaruhi keamanan publik. Earth Hour juga merupakan sebuah perayaan dari planet kita, jadi ini penting untuk menikmati momen dimana kita berada dalam sebuah lingkungan yang aman.”

Ada yang janggal, hanya mematikan sumber daya yang tidak esensial? Ya. Oleh karenanya jangan berharap lebih bahwa Earth Hour dapat memberikan dampak yang esensial bagi dunia. Aksi semacam Earth Hour ini ibarat merenovasi rumah yang baru saja roboh diterjang banjir tanpa memperbaiki lalu memperkokoh struktur pondasinya, tentu saja di kemudian hari rumah tersebut akan roboh kembali.

Dan yang lebih menggelikan, WWF menghimbau pada distrik atau kota-kota yang ingin berpartisipasi dalam Earth Hour agar mendaftar terlebih dahulu dalam situsnya, dan pendaftaran ini hanya dapat dilakukan oleh pejabat kota yang berwenang.

Untuk apa semua ini? Agar nampak luar biasa dan heboh?

Apa yang dapat diharapkan dari “festival kegelapan” ini? Apakah kita berpikir bahwa korporasi-korporasi tersebut peduli terhadap planet ini? Apakah mereka benar-benar peduli terhadap masyarakat dunia? Apakah mereka benar-benar peduli terhadap lingkungan? Sementara justru mereka yang selama ini menjadi biang keladi atas segala macam skandal kekejaman, perampasan, kerusakan dan perang sosial dimana-mana?

Saya tidak bilang bahwa aksi semacam ini sama sekali tidak ada gunanya, tentu saja akan ada penghematan. Tetapi sejauh mana efektivitas yang dihasilkan setelah lewat satu jam? Listrik kembali menyala, dan semua warga kembali berpesta! Selain itu, aksi semacam ini tidak akan berarti sama sekali semenjak sistem industrialisasi di dunia ini telah mengeksploitasi habis-habisan segala sumber daya dimanapun, dan menciptakan manipulasi dan kekacauan sepanjang sejarah. Solusi nyata tidak terletak pada keterlibatan korporasi ataupun pemerintah, karena faktanya perkawinan antara keduanya hanya membuahkan regulasi-regulasi yang selama ini menyokong kepentingan politik-ekonomi mereka sendiri dan menghempaskan masyarakat secara telak dalam kondisi ketidakberdayaan.

**********

"The Earth isn’t dying, it’s being killed,
and those who are killing it have names and addresses."
— Utah Philips

Isu-isu lingkungan sekarang ini makin santer diperbincangkan, dan terutama makin laku semenjak Al Gore (mantan wakil Presiden AS) menggebrak dunia melalui film dokumenternya berjudul “An Inconvenient Truth” yang memenangkan banyak penghargaan bergengsi. Isu-isu tersebut memang sangat kompleks, beberapa masalah dapat berhubungan langsung dengan perubahan iklim, tetapi beberapa tidak. Namun, sangat penting bagi kita untuk mengaitkan antar tiap masalah tersebut, karena pada dasarnya semua masalah lingkungan yang kita hadapi sekarang ini disebabkan oleh ekspansi kapital, komodifikasi dan privatisasi. Bukan berarti korporasi tidak menyadari bahwa isu-isu ini dapat mengganggu kelancaran operasi bisnis mereka, namun lebih jauh, mereka justru telah memanfaatkan isu-isu lingkungan ini demi kepentingan mereka sendiri. Sekarang mereka lebih lihai untuk menggunakan retorika-retorika environmentalisme palsu demi kelanjutan siklus produksi dan eksploitasinya. Inilah manifestasi nyata dari peribahasa lama “ada udang di balik batu”.

Satu jam dalam kegelapan untuk menyelamatkan bumi? Ah, sepertinya ada nama yang lebih cocok untuk aksi ini: kapitalisme hijau!

Bagaimana dengan ancaman nyata yang dihadapi sistem ekologi di wilayah sekitar kita sekarang? Bagaimana dengan polusi pabrik yang kita jumpai setiap hari? Bagaimana dengan industri nuklir yang meledak di Chernobyl maupun Fukushima? Bagaimana dengan eksploitasi uranium yang tiada henti di negara-negara Timur Tengah? Bagaimana dengan modifikasi genetika terhadap tumbuhan dan hewan yang berarti merekayasa spesies alami di planet ini? Bagaimana dengan mega-industri seperti Monsanto yang meracuni makanan kita sehari-hari dengan herbisida dan pestisida? Bagaimana dengan perdagangan bebas yang selama ini banyak dipuja ternyata malah mencecerkan limbah dimana-mana, mulai dari luberan minyak di lepas pantai Alaska hingga kubangan lumpur raksasa di Porong?

Jika kamu mau menelaah lebih jeli, sesungguhnya korporasi-korporasi inilah yang berkuasa atas planet yang kita tinggali ini. Bukan negara, presiden, perdana menteri, pemerintah kota ataupun para pemuka agama. Lalu, bersediakah korporasi-korporasi ini terhambat proses bisnisnya?

Tentu saja tidak. Oleh karena itu kita hanya disuruh mematikan listrik selama 1 jam!

Selamat datang dalam kampanya terbesar kapitalisme hijau, sebuah aksi cuci tangan dan cuci otak oleh para korporasi dunia melalui propaganda WWF!

Saya sendiri menjumpai sebuah pemandangan ganjil di Surabaya, di sebuah mall bernama Grand City terdapat billboard besar tentang aksi Earth Hour serta monumen “Save Our Earth” milik WWF, lalu di dalam mall tersebut juga terdapat stan milik WWF. Bagaimana bisa organisasi ini ada disana? Tentu saja hasil dukungan serta sokongan dana yang besar dari korporasi-korporasi yang berpengaruh. Tidakkah masuk akal kegusaran saya ini? Entah di kota lain, apakah ada pemandangan serupa. Ini sangatlah tidak wajar, jika WWF benar-benar berkomitmen terhadap aksi enviromentalisme lalu mengapa mereka memilih untuk menggelar kampanye di tempat dimana setiap harinya terjadi transaksi konsumtif besar-besaran, yang di dalamnya diisi oleh gerai-gerai besar. Dan pusat perbelanjaan? Bukankah sebuah tempat yang banyak menghabiskan energi, terutama listrik.

Jika kenyataannya kamu selalu mengeluh saat PLN melakukan pemadaman bergilir, lalu kenapa sekarang kamu tampak begitu antusias mematikan listrik selama satu jam? Apakah karena aksi Earth Hour sekarang ini begitu ngetren hingga kamu juga ingin nampak keren ketika ikut mempromosikannya? Earth Hour telah diadakan sejak tahun 2007, telat sekali kamu! Lalu apa aksi ini memberikan dampak besar? Sekarang konsumsi listrik di berbagai belahan dunia justru semakin buas!

Meskipun orang-orang akan mendapatkan perasaan positif dan sedikit meningkatkan kesadaran mereka saat mencoba berpartisipasi dalam Earth Hour, namun sesungguhnya kita semua dibuat terlena. Kampanye yang terselenggara atas sponsor korporasi-korporasi perusak lingkungan ini menciptakan harapan palsu, bahwa perubahan iklim global dapat dicegah hanya dengan penghematan listrik.

Saya sama sekali tidak antipati terhadap gerakan penghematan maupun konversi energi, namun cobalah kamu berpikir dan menelaah lebih jeli mulai sekarang. Dunia yang kamu tinggali ini berjalan dalam sebuah sistem yang dikendalikan segelintir penguasa yang mencari keuntungan. Kapitalisme menyebabkan dampak kompleks yang kadang tidak kentara, bahkan kita menganggapnya sebagai sesuatu yang normal, padahal berbahaya. Jika kamu benar-benar ingin memberikan kontribusi terhadap lingkunganmu maka pelajarilah bagaimana kapitalisme dan korporasi bekerja, bagaimana negara dan aparat menjaga kekuasaan, bagaimana hukum dan kontrak sosial diberlakukan. Bagaimana alur eksploitasi alam yang terjadi di daerahmu, dan mengapa sampai sekarang sering terjadi perang sosial dimana-mana, padahal kita mengklaim bahwa peradaban semakin maju. Saya berani jamin, kesimpulan terakhir yang kamu temukan: dunia sedang tidak baik-baik saja!

Untuk menghentikan semua kerusakan ini, serang di tempat yang mematikan!

Jika kamu peduli dengan lingkungan, maka tetap nyalakan listrik di saat Earth Hour nanti atau tahun-tahun berikutnya, jangan mudah termakan kampanye yang kelihatannya baik. Gunakan waktumu untuk membaca lalu diskusi bersama teman-temanmu agar dapat mengasah pemikiran dan analisismu. Lakukan investigasi hingga kamu tidak akan mudah percaya terhadap aksi-aksi environmentalisme palsu yang disebarkan organisasi-organisasi seperti WWF yang pada kenyataannya telah dibajak demi menutupi kebobrokan proses bisnis korporasi-korporasi dunia. Dan ketika kamu memikirkannya lebih jauh maka kamu akan menyadari bahwa partisipasi aktif di lingkungan lokal untuk membangun komunitasmu sendiri akan lebih berarti daripada membuang waktu selama 1 jam untuk berpartisipasi pasif dalam perayaan kegelapan setahun sekali ini.

Percayalah, Earth Hour adalah lelucon menggelikan sebagaimana kita mengharapkan Dinasti Bakrie untuk menyelesaikan kasus lumpur Lapindo, atau menuntut Freeport untuk segera hengkang dari tanah kaum adat Papua. Mengharapkan aksi nyata dari pemerintah dunia beserta korporasi-korporasi yang selama ini berafiliasi dengan mereka untuk meminta maaf lalu menyelesaikan problema-problema yang sesungguhnya hasil perbuatan mereka sendiri tak lebih dari sekadar mimpi di siang bolong!

Dan lagi-lagi guyonan satir George Carlin, standing comedian asal Amerika yang telah meninggal tahun 2008 lalu ini akan membuat kita tertawa miris:


 Besides, there is nothing wrong with the planet. 
Nothing wrong with the planet. 
The PLANET is fine.
The PEOPLE are fucked!


Sumber lain tentang kasus penipuan WWF:
http://www.dw.de/dw/article/1/0,,15255247,00.html


* tulisan ini awalnya saya buat saat menanggapi Earth Hour 2011, dan sekarang telah saya beri sedikit tambahan.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Hmmmm... Menarik sekali analisisnya. Walaupun bagi saya setelah membacanya tetap merasa tidak memperoleh sesuatu yang mencerahkan. Kenapa? Karena terjadi ketidakkonsistenan di dalam artikel ini. Ketidakkonsistenan itu justru memberikan ketidakjelasan kedudukan anda terhadap wacana yang diketengahkan selain sikap anti korporasi. Permasalahannya adalah, apa yang anda tulis justru mirip dengan argumentasi permasalahan dogmatis yang (kebanyakan) biasa ditulis para fundamentalis religius, dimana untuk mendukung premis mayor, premis-premis minor yang terkadang riskan untuk digunakan sebagai argumentasi malah digunakan selama secara literal memiliki kesesuaian dengan premis mayornya.

Singkatnya, ada satu pertanyaan yang menggelitik saya: lalu, posisi anda ini di mana? Anda tidak bisa menyuruh orang untuk menyelamatkan lingkungan dengan cara memperbanyak konsumsi energi yang tak terbarukan.

Ada banyak cara yg jauh lebih smart untuk melakukan analisis terhadap konspirasi korporasi tanpa perlu menghalalkan segala cara dan meniupkan gelembung-gelembung busa argumentasi dengan membabi buta. Seperti ajaran Derrida, ketidakkonsistenan teks justru menampakkan kelemahan makna yang ingin disampaikan oleh teks tersebut.

Anonim mengatakan...

Ah, indonesia bgt nih,, bisa kritik, solusi gak ada,, the people are fucked!

Mo Sidik Zamzami mengatakan...

Jadi kenapa Harus tetep nyalain lampu? Ini cuma marah-marah aja.. Penipuannya dimana ya?

Anonim mengatakan...

yup, kaya komenmu...

Posting Komentar