Pemikiran, Kata-kata dan Aksi Langsung!


"Mereka mengabaikan nyanyian dan barisan demonstrasi kita, tapi dapatkah mereka mengabaikan batu dan bata? Inilah saatnya untuk melakukan sesuatu lebih daripada sekadar bicara saat mereka telah mengabaikan aksi demonstrasi damai!"
— Aus Rotten, They Ignore Peaceful Protest

Mimpi dan khayalan merupakan pupuk dari perubahan sosial. Dunia memang berubah; dan akan terus berubah karena orang-orang membuatnya berubah. Kunci menuju keberhasilan suatu perubahan adalah solidaritas; yang dapat berarti apapun dari sekadar menjadi tempat curhat hingga memberikan amunisi. Solidaritas adalah sesuatu yang kuat, komunitas yang bersatu, menarik garis dari masa lalu tentang berbagi pengalaman dan mengalami kesulitan, memapankan jaringan kontak dari berbagai individu ataupun organisasi dan mendukung semua tindakan melawan ketidakadilan dan penindasan. Sejarah ada di sisi kita; kita bisa dan akan mempunyai harapan untuk menang.

Aksi langsung (direct action) adalah berarti juga memilih pola independen dengan secara langsung menghadapi masalah yang ada di hadapan kita tanpa harus melemparkan masalah pada orang lain ataupun meminta ijin terlebih dahulu dari politisi, birokrat atau semua pecundang yang duduk di kursi kekuasaan. Ini juga berarti berjuang untuk mengontrol hidup kita sendiri dan berusaha untuk secara langsung memberikan efek pada dunia di sekeliling kita, mengambil tanggung jawab untuk setiap aksi yang kita lakukan dan definisikan sendiri.

Aksi langsung telah menjadi bagian integral dari resistensi semenjak manusia ada. Iklim politik pemerintahan melihat aksi langsung sebagai sebuah bentuk taktik protes yang cepat meraih popularitas, dan saat ini pemerintah semakin mahir dalam menangani para pembangkang. Negara dipersenjatai penuh, diproteksi dan telah terbukti berhasil mengubur siapapun yang tidak setuju dengan keputusan mereka. Lihat pula keberhasilan mereka dalam memutarbalikan fakta, seperti selalu menyalahkan kekerasan, termasuk penghancuran properti, kepada diri kita. Dalam tatanan masyarakat modern, dijalankan sebuah sistem dimana segala bentuk protes dan ketidaksetujuan harus ditampung melalui representatif negara dahulu sebelum diperdengarkan. Dan hasil yang selalu kita dapatkan apabila menyampaikan keluhan kita melalui representatif negara hanyalah satu: aksi demonstrasi di jalanan yang kita organisir diabaikan, tidak ada media massa yang akan meliput dan menaikkan isu yang kita bawa, dan barisan polisi maupun militer telah siap mengganyang kita.

Demokrasi telah membuat kekuatan perubahan terlepas dari tangan kita. Suara protes secara hati-hati dikontrol: semua jalan diserahkan pada para birokrat dan politisi untuk menentukan mana yang benar dan salah. Kekuatan kita semakin tereduksi dan semua yang kita harapkan boleh kita utarakan hanya melalui kotak pemilihan suara yang disodorkan kepada kita setiap lima tahun sekali.

Kita, yang tinggal di negara miskin (definisi negara berkembang hanyalah perhalusan dari kata negara miskin) hidup seperti kecoa dan tikus got. Sistem yang diterapkan oleh kapitalisme telah sedemikian kuat. Kita didorong untuk mengonsumsi apapun yang ditawarkan sekeliling kita. Jadi apa yang perlu diprotes? Diri kita sendiri. Memang menyedihkan saat menyadari bahwa ancaman terbesar yang dihadapi planet ini adalah spesies manusia.

Pengeksploitasian manusia, binatang dan sumber daya alam masih terjadi di seluruh dunia, alasan tindakan tersebut adalah diperlukannya profit demi membiayai gaya hidup mewah kita sehari-hari. Lebih dari 80% populasi dunia saat ini tinggal dalam kondisi kemiskinan yang parah dan semuanya bermimpi untuk hidup mewah, namun mereka tak mampu dan bumi tidak memiliki cukup sumber daya alam untuk mendukung impian ini. Faktanya, sumber daya alam bumi dengan cepat dihabiskan hanya untuk mendukung gaya hidup mewah segelintir manusia yang tinggal di negara dunia pertama, para pemerintah serta konglomerat di seluruh dunia. Selain segelintir manusia tersebut? Semua hidup dalam dunia fantasi yang haus untuk mengonsumsi. Kita hidup di dunia yang memiliki begitu banyak produk, tetapi harga yang harus dibayar adalah pembantaian massal melalui pemiskinan.

Saat berlangsung protes anti-WTO beberapa waktu lalu, seorang petani asal Karnataka, India, mengatakan,

"Kami tidak ingin amal dan belas kasihmu semua. Mereka yang tinggal di utara seharusnya dapat mengerti perjuangan kami dan menyadari bahwa ini adalah juga bagian dari hidup mereka. Dimana-mana yang kaya selalu bertambah kaya, yang miskin semakin miskin dan lingkungan semakin mendekati kiamat. Tidak peduli dimana kita tinggal, di belahan bumi utara atau selatan, kita telah menghadapi masa depan yang sama. Globalisasi seharusnya berarti bahwa kita ingin mengglobalkan kemakmuran masyarakat dunia, bukan mengglobalkan bisnis. Karena hidup bukanlah sebuah bisnis!"

Negara dunia ketiga hidup dari sampah, limbah dan sekarat atas kerakusan mereka yang hidup di negara dunia pertama. Perjuangan yang dilakukan oleh kita yang hidup di negara dunia ketiga bukanlah sekadar perjuangan melawan dominasi korporasi multinasional ataupun rezim diktator dan militer, tetapi juga perjuangan untuk bertahan hidup. Gerakan resistensi anti-globalisasi di India, Afrika dan Amerika Latin sangat besar dan itu diinisiasikan demi mengambil alih kontrol atas diri mereka sendiri. Apakah kita bisa menyamakan gerakan tersebut dengan gerakan mereka yang ada di negara dunia pertama? Di Meksiko, pada tahun baru 1994, kelompok Zapatista membebaskan daerah Chiapas dan menjadikannya daerah otonom bagi kaum Indian agar terlepas dari sistem eksploitatif yang dipaksakan oleh para kapital dari negara dunia pertama kepada mereka. Perempuan dan anak-anak, telah mengangkat senjata untuk melindungi diri mereka dari dominasi kulit putih yang tinggal di negara dunia pertama.

"Dunia kita eksis hanya sebatas sejauh telepon kita dapat berhubungan, mobil kita dapat lalui, modem kita dapat koneksi, dan televisi kita dapat tayangkan."
— His Hero is Gone

Zombi-zombi konsumen itu adalah dirimu dan diriku, adalah sesuatu yang sangat vital dalam memperkuat ataupun memperlemah mata rantai dari eksploitasi global ini. Kita sangatlah rapuh, tapi kita dapat mengubah pola pikir kita, kita dapat mengikuti ataupun menolak budaya konsumtif; jaringan swakelola ini adalah milik kita, kita mempunyai pilihan disini, kita dapat mengatakan ya ataupun tidak, kita dapat memutuskan mata rantai ini, kita dapat menghancurkan mata rantai ini walaupun hanya sebagian kecilnya, tapi kita mampu. Sebab kata-kata tanpa aksi adalah bohong.

"Ini adalah ajakan untuk menghentikan dan berpikir tentang apa yang para penjual katakan tentangmu, dan dunia dimana selama ini kamu hidup di dalamnya. Sebab kamu adalah apa yang kamu konsumsi."
— A//Political, You are What You Consume

Boikot adalah menolak untuk berhubungan atau melakukan pertukaran dalam usaha untuk melemahkan atau menghancurkan sesuatu. Sangat simpel.

Gunakan kekuatanmu, jangan beli kebohongan dan produk mereka, cari alternatifnya. Jangan pernah percaya kepada para kapital yang selalu berpura-pura peduli kepada konsumen (seperti McDonald's dan Body Shop). Mesin yang dijalankan kapitalisme berputar terus menerus sedangkan untuk menghentikannya bukan pada masalah hasil produksinya tetapi mentalitas dibalik produk tersebutlah yang harus dihancurkan. Untuk membuat perubahan nyata pada gaya hidup kita yang konsumtif berarti juga membuka ruang-ruang untuk memikirkan kembali seluruh hidup kita, tentang bagaimana kita hidup, bagaimana kita bereaksi, berkomunikasi, hubungan sosial kita, kerja kita, berapa banyak kebohongan dan kepalsuan yang telah kita ambil. Ini adalah sebuah revolusi dalam diri kita sendiri; ini adalah tentang pengambilalihan kontrol, mengklaim kembali kekuatan sebagai seorang individu. Ini adalah tongkat penyangga bagi resistensi kita melawan kapitalisme.

"Semakin banyak kamu mengonsumsi, semakin berkurang kamu hidup."
— Angry Brigade

Kita perlu bergerak lebih jauh daripada hanya sekadar mengonsumsi produk ramah lingkungan seperti yang dikampanyekan oleh Greenpeace ataupun grup-grup pencinta lingkungan sebagai alternatif bagi konsumen, kita harus melihat kepada sistem kapitalisme dan efek globalisasi sebagai akar dari banyak sekali permasalahan di dunia, mulai dari kepunahan spesies, eksploitasi pekerja hingga perang. Korporasi multinasional adalah wajah buruk dari ketiadaan batas dari operasi kapitalisme. Mereka bebas menjelajahi dunia demi penyedotan sumber daya alam, pemanfaatan buruh murah dan manipulasi hukum perlindungan lingkungan. Perjuangan demi hidup yang menyenangkan, demi upah yang mencukupi, kesehatan dan keamanan masih sangat jauh dari selesai. Kita juga harus berpikir secara global: mengapa harus membuat sepatu di Amerika di saat Nike dapat menggunakan buruh-buruh upah rendah di Indonesia dan melipatgandakan profit bagi perusahaan? Ekonomi mereka sudah sangat mengglobal, begitu juga seharusnya resistensi kita.

Pemerintah tidak akan pernah melakukan apapun dalam berhadapan dengan perkembangan korporasi. Ini semua terserah kepada kita sendiri untuk menghentikan lingkaran roda eksploitasi ini. Kita harus melenyapkannya dengan diri kita sendiri, memboikot sistem mereka yang tidak adil dan tidak merata. Ini saatnya untuk bergerak jauh melampaui sekadar produk dari korporasi. Perhatikan lagi semua kejadian yang ada di sekitar kita, hal tersebut dapat membantu kita fokus pada kemarahan kita dan begitu banyak isu yang dibawa oleh kelompok-kelompok faksional. Aksi anti-WTO N30 dan MayDay 2000 telah memperlihatkan kepada kita semua bagaimana berbagai macam organisasi, perserikatan, aktivis HAM, environmentalis, beraksi bersama di jalanan dalam menyerang musuh bersama mereka yang sesungguhnya: kapitalisme.

Tapi ingat, kapitalisme adalah juga mengenai diri kita sendiri dan bagaimana cara kita bersosialisasi dengan individu lainnya. Kapitalisme jauh lebih besar dan kuat daripada sekadar taraf level Nike ataupun McDonald's sebagai contohnya, tetapi kapitalisme juga berarti masalah Dunia Baru, kios-kios rokok besar atau kecil, kapitalisme adalah tentang bagaimana para pekerja menjual diri mereka dalam sebuah hubungan yang eksploitatif.

"Tetaplah jadi parasit, atau jadilah pejuang bumi."
— Kapten Paul Watson, Sea Shepherd

Segala sesuatunya bermula dari diri kita sendiri. Jika kamu sedang berlari untuk menyelamatkan hidupmu dan seorang polisi berteriak "Stop!", akankah kamu berhenti? Pemerintah merepresentasikan kekuatan uang, bukan kekuatan rakyat, bukan kekuatan bumi dan selama ini kekuatan itulah yang selalu kita dukung dan kita beri kekuatan lebih. Pemerintah adalah satu-satunya sumber yang tak dapat dipercaya untuk memberikan keadilan kepada rakyatnya kecuali atas kepentingan pribadinya sendiri. Kita tidak perlu merasa berhutang pada pemerintah, mereka menjadi makmur atas pajak yang kita bayar (dengan dibawah ancaman). Marahlah, karena ini dunia kita!

Berpikirlah tentang flora dan fauna sebanyak 20.000 spesies yang terancam punah setiap tahunnya; anak-anak kecil di Cina yang harus bekerja keras untuk membuat mainan yang kita utak-atik setiap harinya; buruh-buruh yang kesakitan dan kelelahan memproduksi sepatu yang kita kenakan. Garis batas antara legal dan ilegal harus kita hapuskan. Saat ketidakadilan menjadi sebuah hukum, maka resistensi menjadi tugas kita. Sebab kita mempunyai kewajiban untuk melindungi bumi yang telah menghidupi kita beserta generasi mendatang. Penghancuran alam adalah sebuah kejahatan yang tak pernah tercatat sepanjang sejarah manusia, dan hal inilah yang menuntut sebuah gerakan resistensi dari diri kita semua. Kita tidak perlu menunggu krisis kapitalisme, yang kita tahu bahwa hal tersebut sudah lewat dan entah kapan akan datang lagi. Tidak ada waktu untuk mengabdikan diri kita kepada sistem, tak ada waktu untuk memikirkan reformasi, karena setiap waktu yang kita miliki selalu tercuri oleh mereka setiap ada kemajuan ekonomi. Kita harus mengklaim kembali hidup kita, bukan sekadar mengganti produk yang kita gunakan. Kuatkan dirimu, berhentilah menjadi bagian dari sistem eksploitatif ini dan fokuskan kemarahanmu!

Angry Brigade, RAF, 1st Of May, IRA, Weathermen, Black September, Dutch Provo dan lain sebagainya, semuanya melakukan pengeboman dan kampanye teror selama 1970-an. ALF mengampanyekan pembebasan binatang, mereka adalah sedikit dari contoh dimana agenda operasionalnya adalah bentuk aksi langsung dan pemerintah melihatnya sebagai aksi kriminalitas; tetapi hal-hal tersebut pulalah yang menjadi fondasi bagi para aktivis di seluruh dunia untuk mulai melakukan aksi-aksi langsung apapun bentuknya. Grup-grup dengan isu tunggal seperti environmentalis, anti-rasis, serikat buruh, yang secara tradisional bergerak seperti kelompok reformis, saat ini sudah mulai menerapkan politik revolusioner dalam pola gerakannya. Sayangnya, di Indonesia hal ini belum biasa karena politik dan revolusi masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat tabu dan hanya bagian dari rutinitas para politisi dan birokrat.

"Banyak aktivis yang saat ini menciptakan konektivitas antara perjuangannya dengan mereka yang berada di komunitas kelas pekerja."
— Jurnal anarkis Do Or Die #6

Dan itu semuanya yang seharusnya dapat kita lakukan, saat semua sibuk berpikir soal penyusunan undang-undang, atau memikirkan soal mencari pemerintah yang lebih baik; globalisasi telah melanda hampir semua gerakan protes. Gambaran yang besar beserta solusinya sekarang telah tampak sangat jelas. Ribuan kelompok anti-kapitalis telah mulai berkembang dimana-mana di muka bumi ini. Lalu, apa yang mereka lakukan?

Mereka menandatangani petisi dan pergi menuju aksi-aksi demonstrasi, mereka berpikir mengenai gaya hidup mereka, aksi mereka dan efeknya; sebagian lainnya menghancurkan mesin-mesin milik korporasi, menghancurkan properti; mereka mempertanyakan segalanya, mereka membangun alternatifnya, mereka melakukannya dengan cara mereka sendiri, mereka menghapus batasan yang ditetapkan pemerintah, mereka menolak pemerintah dan beraksi langsung untuk mengubah kondisi dunia tempat mereka tinggal. Pendeknya, mereka meresikokan segalanya demi kehidupan yang lebih layak.

Tanyakan pada dirimu sendiri, siapa audiens kita? Apa pesan kita? Apakah ini adalah taktik terbaik yang dapat kita lakukan saat ini? Apa tujuan kita? Dan akhirnya, sejauh mana kesiapan kita untuk melakukannya? Tetapi sebelum melancarkan aksi kita, selalu ingat bahwa kita juga perlu untuk mengubah diri kita sendiri, merombak pola pikir dan pola pandang kita serta cara kita bersosialisasi dalam hidup keseharian.

Segala macam aksi adalah valid, tetapi menciptakan aksimu sendiri adalah sebuah sebuah langkah radikal kecil menuju dunia yang berbeda. Tanpa visi ini, aksi langsungmenjadi tak berarti sama sekali. Jika kita hanya fokus pada aksinya saja maka kita akan terjebak ke dalam sebuah gerakan yang reaksioner dan tidak mendasar sama sekali, sebuah gerakan yang sama sekali kebingungan akan siapa yang harus dilawan. Visi ini sudah barang tentu: revolusi!

"Jangan pernah tergantung pada pemerintah atau institusi apapun untuk menciptakan perubahan. Semua perubahan sosial yang signifikan sepanjang sejarah manusia telah dilakukan oleh aksi-aksi individu."
— Margaret Mead

"Dunia ini sedang berada dalam masa-masa depresi, tetapi harapan dapat ditemukan dalam diri mereka yang bisa, berani dan beraksi."
— Dave Foreman

Seorang aktivis di Jakarta bertanya kepada manajer pemasaran dari Nestle tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kampanye boikot. Jawabannya adalah, "Tentu saja ada. Setiap seorang konsumen datang ke sebuah toko dan membuat keputusan untuk tidak membeli salah satu dari produk kami, hal itu sangat menyakitkan."

Lihat, kamu dapat menciptakan sebuah perubahan!

Tetapi sebagian juga berpendapat bahwa daripada kita mengampanyekan boikot, mengapa kita tidak mengampanyekan pencurian, perampokan atau pembajakan produk? Karena alangkah sulit untuk melepaskan diri dari kekangan dan jebakan sistem konsumtif ini. Memang kadang taktik-taktik tertentu tidak sesuai dengan diri maupun pola pandang kita. Tetapi itu semua terserah kepada dirimu dan diriku sendiri untuk memutuskan dan memilih taktik.

Penghancuran properti dan vandalisme, dianggap sebagai sebuah bentuk kekerasan dalam kacamata sistem ataupun moralis yang hipokrit. Mereka selalu mengampanyekan bahwa penghancuran properti hanya akan menyulut kekerasan negara sebagai reaksi terhadap tindakan tersebut. Kenapa? Karena properti adalah tulang punggung kapitalisme yang sangat lemah dan tak dapat mempertahankan dirinya sendiri; kapitalisme juga berawal dari kepemilikan alat produksi dan properti, mereka mendewakan properti. Dan itulah yang paling mudah kita serang. Jadi, hancurkan sehancur-hancurnya!

"Mereka khawatir dengan beberapa kaca jendela yang kami pecahkan. Seharusnya mereka datang dan melihat sendiri bagaimana berbagai macam kekerasan telah dilakukan kepada komunitas kami atas nama perdagangan bebas."
— Seorang aktivis Meksiko

Jadi, tunggu apalagi kawan?

0 komentar:

Posting Komentar