mereka berkerumun di tiap kampus dan pojokan pelataran parkiran di antara sesak dan sempitnya ruang kosong akibat desakan motor dan mobil mobil mewah yang hanya sanggup dibeli dengan merengek pada orang tua
mereka membayar mahal untuk sebuah ajang konstruksi diri yang ternyata malah menjebak diri mereka sendiri ke dalam ajang gengsi yang dipertontonkan setiap kali berjalan di depan kelas kelas yang berisi para pelajar yang siap menanti kuliah hari ini dari para dosen yang membombardir otak mereka dengan ocehan tiap pagi dan nilai nilai akhir yang tak kenal kompromi
mereka tertawa dan bergerombol di sepanjang lorong lorong mewah di depan barisan toko yang terpampang di sepanjang deretan mall di kota kota mereka
mereka adalah generasi trendi yang berpakaian dan bersepatu mahal yang membeli belanjaan hariannya di gerai-gerai korporasi yang bahkan mereka tak tahu bahwa satu set pakaian dan satu pasang sepatu yang mereka punya itu seharga berkali kali lipat lebih mahal daripada gaji para buruh yang memeras keringatnya di pabrik untuk kostum yang mereka beli
mereka menangis, terharu dan terbahak-bahak di depan layar kaca yang mempertontonkan halusinasi dan berbagai parodi basi yang dikontrol oleh tirani investasi para pemilik modal yang siap menghisap darah mereka ketika di satu saat mereka berharap akan meraih mimpi seperti sosok idola idola mereka yang ada di panggung sandiwara televisi
mereka makan dan minum di kedai kedai kelas atas yang bergengsi yang kadangkala mereka sebut dengan makanan cepat saji dimana artinya adalah jika kau belum pernah makan disini maka kau adalah produk orang orang ketinggalan jaman, yang mungkin mereka tak peduli dengan kenyataan bahwa satu piring makanan atau satu cangkir minuman yang mereka beli itu ternyata adalah kontribusi mereka untuk peperangan, perbudakan manusia, eksploitasi hewan dan kerusakan lingkungan
ketika orang-orang berteriak kesakitan merengek disana sini
mereka cuma jadi asbak menganga
puntung dan abu rokok
buku buku dan tontonan
semua menyampah dalam jiwa mereka
mereka adalah para pelajar
mereka adalah para intelektual
mereka adalah generasi pemangku peradaban
hari ini.
dunia bertanya pada mereka :
dimana kalian saat mayoritas orang terpaksa melacur diri menjadi budak eksploitasi dari segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai borjuis borjuis berdasi
dimana kalian saat politisi politisi brengsek itu menipu orang orang tak berdaya yang sampai hari ini tetap saja percaya pada topeng topeng busuk yang bertengger di gedung gedung parlemen itu padahal mereka telah ditipu dan dikhianati, dibodohi dan dikebiri, tapi terus menerus berharap bahwa semoga di pemilu esok akan terpilih pemimpin yang lebih baik lagi
dimana kalian saat ribuan orang menggelepar terkapar kehilangan rumah, ladang dan harapan hidupnya ketika korporasi korporasi rakus itu mengeruk setiap jengkal tanah yang mereka miliki untuk dijadikan pusat pusat perbelanjaan atau pabrik pabrik yang menghisap keringat para pekerja
dimana kalian?
suatu hari kalian akan diinterogasi
oleh teman teman jelata kita yang sederhana
kalian akan ditanyai satu persatu
apa yang kalian perbuat saat api kebebasan perlahan lahan padam
seperti lilin yang manis, kecil dan sendirian
kalian tidak akan ditanyai soal teori teori di buku catatan kalian
yang penuh sesak dengan angka dan juga tulisan yang terlampau tinggi untuk mereka pahami
tak seorangpun bertanya pada kalian
soal pakaian atau tidur siang kalian yang nyenyak di kasur yang empuk
atau apa saja menu makan malam kalian
tak seorangpun akan mau tahu
tentang seberapa banyak koin yang kalian habiskan untuk modal pembelajaran bertahun tahun
seberapa tinggi nilai yang tercantum dalam ijazah kelulusan kalian
apa gunanya semua itu?
kalau kalian hanya mampu menjadi penonton peperangan
dengan ratusan pembelaan yang absurd dan pecundang
intelektual intelektual manis dari bangsa ini
yang katanya berprestasi
lekaslah membunuh diri.
Gresik. 25 Desember 2009
mereka membayar mahal untuk sebuah ajang konstruksi diri yang ternyata malah menjebak diri mereka sendiri ke dalam ajang gengsi yang dipertontonkan setiap kali berjalan di depan kelas kelas yang berisi para pelajar yang siap menanti kuliah hari ini dari para dosen yang membombardir otak mereka dengan ocehan tiap pagi dan nilai nilai akhir yang tak kenal kompromi
mereka tertawa dan bergerombol di sepanjang lorong lorong mewah di depan barisan toko yang terpampang di sepanjang deretan mall di kota kota mereka
mereka adalah generasi trendi yang berpakaian dan bersepatu mahal yang membeli belanjaan hariannya di gerai-gerai korporasi yang bahkan mereka tak tahu bahwa satu set pakaian dan satu pasang sepatu yang mereka punya itu seharga berkali kali lipat lebih mahal daripada gaji para buruh yang memeras keringatnya di pabrik untuk kostum yang mereka beli
mereka menangis, terharu dan terbahak-bahak di depan layar kaca yang mempertontonkan halusinasi dan berbagai parodi basi yang dikontrol oleh tirani investasi para pemilik modal yang siap menghisap darah mereka ketika di satu saat mereka berharap akan meraih mimpi seperti sosok idola idola mereka yang ada di panggung sandiwara televisi
mereka makan dan minum di kedai kedai kelas atas yang bergengsi yang kadangkala mereka sebut dengan makanan cepat saji dimana artinya adalah jika kau belum pernah makan disini maka kau adalah produk orang orang ketinggalan jaman, yang mungkin mereka tak peduli dengan kenyataan bahwa satu piring makanan atau satu cangkir minuman yang mereka beli itu ternyata adalah kontribusi mereka untuk peperangan, perbudakan manusia, eksploitasi hewan dan kerusakan lingkungan
ketika orang-orang berteriak kesakitan merengek disana sini
mereka cuma jadi asbak menganga
puntung dan abu rokok
buku buku dan tontonan
semua menyampah dalam jiwa mereka
mereka adalah para pelajar
mereka adalah para intelektual
mereka adalah generasi pemangku peradaban
hari ini.
dunia bertanya pada mereka :
dimana kalian saat mayoritas orang terpaksa melacur diri menjadi budak eksploitasi dari segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai borjuis borjuis berdasi
dimana kalian saat politisi politisi brengsek itu menipu orang orang tak berdaya yang sampai hari ini tetap saja percaya pada topeng topeng busuk yang bertengger di gedung gedung parlemen itu padahal mereka telah ditipu dan dikhianati, dibodohi dan dikebiri, tapi terus menerus berharap bahwa semoga di pemilu esok akan terpilih pemimpin yang lebih baik lagi
dimana kalian saat ribuan orang menggelepar terkapar kehilangan rumah, ladang dan harapan hidupnya ketika korporasi korporasi rakus itu mengeruk setiap jengkal tanah yang mereka miliki untuk dijadikan pusat pusat perbelanjaan atau pabrik pabrik yang menghisap keringat para pekerja
dimana kalian?
suatu hari kalian akan diinterogasi
oleh teman teman jelata kita yang sederhana
kalian akan ditanyai satu persatu
apa yang kalian perbuat saat api kebebasan perlahan lahan padam
seperti lilin yang manis, kecil dan sendirian
kalian tidak akan ditanyai soal teori teori di buku catatan kalian
yang penuh sesak dengan angka dan juga tulisan yang terlampau tinggi untuk mereka pahami
tak seorangpun bertanya pada kalian
soal pakaian atau tidur siang kalian yang nyenyak di kasur yang empuk
atau apa saja menu makan malam kalian
tak seorangpun akan mau tahu
tentang seberapa banyak koin yang kalian habiskan untuk modal pembelajaran bertahun tahun
seberapa tinggi nilai yang tercantum dalam ijazah kelulusan kalian
apa gunanya semua itu?
kalau kalian hanya mampu menjadi penonton peperangan
dengan ratusan pembelaan yang absurd dan pecundang
intelektual intelektual manis dari bangsa ini
yang katanya berprestasi
lekaslah membunuh diri.
Gresik. 25 Desember 2009
0 komentar:
Posting Komentar