sejumlah merpati melesat terbang dari ruang kepalaku yang sedikit terbuka karena rasa rasanya sebuah esktase serupa bersenggama dengan Asia Carrera telah memporak porandakan simpang siur keluh kesah yang tempo hari merebut keringat hingga aku harus merayap dan terlelap bagai tak pernah mengistirahatkan mimpi untuk beberapa kali tersungkur di pojok ancaman tirani yang berkedok valas dan politisi reinkarnasi setan dan malaikat bertopeng konglomerat
gemerisik angin dari ketenangan tanah Islandia beserta desiran ombak yang semilir semilir seakan mulai menggelitik bulu kudukku hingga meremang dan memasung telingaku untuk sejenak diam dan tak menghiraukan hiruk pikuk dunia yang menertawakan bagaimana ribuan martir Intifada tak ubahnya sekumpulan badut yang mencoba bertransformasi menjadi infanteri perkasa gabungan Pentagon dan pasukan bersorban ayatollah Khomeini
ketika Sigur Ros menyusun formasi
dan bernyanyi
imajiku
melompat liar kesana kemari
serupa dengungan tsunami yang bercumbu dengan kepungan rudal Rusia di tengah panggung sandiwara tempat pentas para pemuja berhala yang menari nari menunggu kedatangan Batara Kala membawa selusin sepatu trendi ala Nike, Vans, Adidas, Doc Martens ataupun sekeranjang penuh berisi telepon genggam Nokia seri terbaru dan Blackberry berkulit perunggu
tabrakan gemuruh polusi di jalanan tak ubahnya debu kerikil manis yang menyapu wajah piluku di sela sela kebosanan harian bersama televisi yang menggembala tuhan dalam gerobak jualan hingga kepalan tanganku yang kadang teracung kadang terkatung terpaksa kembali tegak untuk meringkuk di dalam ruang yang bernama penjara imajinasi dimana aku merancang konstelasi maha daya bersama manual rakitan panduan menghancurkan surga dan neraka ala Kaczynski berduet dengan Inul Daratista diiringi harmonisasi barisan kuda gerombolan Zapatista
ketika Sigur Ros menyusun formasi
dan memetik sunyi
gebukan drum yang menantang
para punggawa D-Beat
untuk berhalusinasi
sunyi
aku terhanyut dan tenggelam
ke dalam senyap
sangkar fiksi
yang kubangun bersama
tukang sihir bayaran
dan ribuan jin peninggalan Sulaiman
setiap kali
ketika Sigur Ros bernyanyi
imajiku
berkata liar
dan tak terkendali
hingga berebut nyali
merakit amunisi serupa letupan Merapi
sebuah singgasana
langitku yang kan kubagi
bersama dirimu
untuk merangkai plot kekuasaan
dan menolak kudeta
oleh sengatan mentari
ataupun terompet butut sangkakala
milik Izrail yang tak lagi bernyawa
Malang. 11 November 2010
gemerisik angin dari ketenangan tanah Islandia beserta desiran ombak yang semilir semilir seakan mulai menggelitik bulu kudukku hingga meremang dan memasung telingaku untuk sejenak diam dan tak menghiraukan hiruk pikuk dunia yang menertawakan bagaimana ribuan martir Intifada tak ubahnya sekumpulan badut yang mencoba bertransformasi menjadi infanteri perkasa gabungan Pentagon dan pasukan bersorban ayatollah Khomeini
ketika Sigur Ros menyusun formasi
dan bernyanyi
imajiku
melompat liar kesana kemari
serupa dengungan tsunami yang bercumbu dengan kepungan rudal Rusia di tengah panggung sandiwara tempat pentas para pemuja berhala yang menari nari menunggu kedatangan Batara Kala membawa selusin sepatu trendi ala Nike, Vans, Adidas, Doc Martens ataupun sekeranjang penuh berisi telepon genggam Nokia seri terbaru dan Blackberry berkulit perunggu
tabrakan gemuruh polusi di jalanan tak ubahnya debu kerikil manis yang menyapu wajah piluku di sela sela kebosanan harian bersama televisi yang menggembala tuhan dalam gerobak jualan hingga kepalan tanganku yang kadang teracung kadang terkatung terpaksa kembali tegak untuk meringkuk di dalam ruang yang bernama penjara imajinasi dimana aku merancang konstelasi maha daya bersama manual rakitan panduan menghancurkan surga dan neraka ala Kaczynski berduet dengan Inul Daratista diiringi harmonisasi barisan kuda gerombolan Zapatista
ketika Sigur Ros menyusun formasi
dan memetik sunyi
gebukan drum yang menantang
para punggawa D-Beat
untuk berhalusinasi
sunyi
aku terhanyut dan tenggelam
ke dalam senyap
sangkar fiksi
yang kubangun bersama
tukang sihir bayaran
dan ribuan jin peninggalan Sulaiman
setiap kali
ketika Sigur Ros bernyanyi
imajiku
berkata liar
dan tak terkendali
hingga berebut nyali
merakit amunisi serupa letupan Merapi
sebuah singgasana
langitku yang kan kubagi
bersama dirimu
untuk merangkai plot kekuasaan
dan menolak kudeta
oleh sengatan mentari
ataupun terompet butut sangkakala
milik Izrail yang tak lagi bernyawa
Malang. 11 November 2010
0 komentar:
Posting Komentar