berjalan, kususuri hutanku
bersama wangi rerumputan
yang membelaiku di tiap jengkalan
kulihat
hari ini langit tak lagi jernih
entah kenapa entah ada apa
aku teringat pada nyanyian berisik
yang seringkali mengganggu pagiku
ya, namun entah kenapa slalu kutunggu
pernah kulihat dia begitu riang
terlihat senang
karena mereka begitu ramai dan saling bersahutan
kau tahu tentu saja
aku bercerita tentang seekor teman...
burung burung yang tak pernah lelah untuk berdendang
tapi kenapa hari ini dia tidak datang
ah kasihan
tentulah dia sedang meringkuk sedih di dalam sangkar
o, lalu kemana si kupu kupu yang tadi kupegang
ah sialan, dia hilang..
padahal ketika menatapnya
aku melihat warna yang tak kalah megah
oleh kesombongan mejikuhibiniu diatas sana
hei, bukan hilang
ternyata dia terjatuh dan terjengkang
o, lantas kenapa terdiam
duh, ternyata dia telah diawetkan
aku kembali berjalan menyusuri hutanku
lalu aku bertemu harimau
dia berbaring bersama putra semata wayangnya
mesra sekali nampaknya
ah, rupa garang memang tak selalu gampang berang
kutantang dia
hei belang kemarilah, lawan aku!
dasar pembual
tentu saja aku berani
wong dia cuman manggut manggut di dalam kandang
lanjut, aku terus berjalan...
di tengah jalan aku dilempar pisang
hei, sial
ternyata si kera yang sedang berloncatan
turunlah kau kurang ajar
eh, dia cuma meringis
ha, aku jadi teringat muka elit elit birokrat yang juga kurang ajar itu
tak mau kalah dengan si kera rupanya
doyan pringas pringis
lempar batu sembunyi tangan
baju necis hati bengis bau amis
aku tinggalkan si kera
wah, aku lihat si jerapah
dia sedang garuk garuk leher rupanya
tak lama si kuda lewat
o, lagi sibuk menyisir rambut dia
lanjut, aku kembali berjalan
eh, tak disangka aku ketemu ikan ikan aneh tapi menakjubkan
kulihat kuamati
hei, kenapa mereka termenung
padahal sudah kugoda dan kusentil sentil
ah pantas saja, ternyata akuariumnya memang terlalu kecil
bosan, aku lanjutkan perjalanan...
kemudian aku lihat si gajah
lho, koq mereka bermain bola
dan oh...
ada si lumba lumba juga
lho, koq mereka juga bisa main bola
ah bodoh
aku baru sadar
ternyata aku bukan di hutan
rupa rupanya ini kebun binatang
pantas saja semuanya terkekang
ah, aku tak habis pikir
kenapa harus ada sangkar
bukankah mereka dilahirkan untuk alam
seperti halnya bunga yang bebas untuk mekar
lalu kenapa mereka tidak berhak menghirup udara segar
entah kenapa ada taman safari
padahal seharusnya mereka bebas berlari
entah kenapa ada kebun binatang
ketika seharusnya banyak tanah ladang dan perairan
untuk mereka bermain dan berkejaran
ah, menyedihkan
hari sudah petang
lebih baik aku kembali pulang...
bersama wangi rerumputan
yang membelaiku di tiap jengkalan
kulihat
hari ini langit tak lagi jernih
entah kenapa entah ada apa
aku teringat pada nyanyian berisik
yang seringkali mengganggu pagiku
ya, namun entah kenapa slalu kutunggu
pernah kulihat dia begitu riang
terlihat senang
karena mereka begitu ramai dan saling bersahutan
kau tahu tentu saja
aku bercerita tentang seekor teman...
burung burung yang tak pernah lelah untuk berdendang
tapi kenapa hari ini dia tidak datang
ah kasihan
tentulah dia sedang meringkuk sedih di dalam sangkar
o, lalu kemana si kupu kupu yang tadi kupegang
ah sialan, dia hilang..
padahal ketika menatapnya
aku melihat warna yang tak kalah megah
oleh kesombongan mejikuhibiniu diatas sana
hei, bukan hilang
ternyata dia terjatuh dan terjengkang
o, lantas kenapa terdiam
duh, ternyata dia telah diawetkan
aku kembali berjalan menyusuri hutanku
lalu aku bertemu harimau
dia berbaring bersama putra semata wayangnya
mesra sekali nampaknya
ah, rupa garang memang tak selalu gampang berang
kutantang dia
hei belang kemarilah, lawan aku!
dasar pembual
tentu saja aku berani
wong dia cuman manggut manggut di dalam kandang
lanjut, aku terus berjalan...
di tengah jalan aku dilempar pisang
hei, sial
ternyata si kera yang sedang berloncatan
turunlah kau kurang ajar
eh, dia cuma meringis
ha, aku jadi teringat muka elit elit birokrat yang juga kurang ajar itu
tak mau kalah dengan si kera rupanya
doyan pringas pringis
lempar batu sembunyi tangan
baju necis hati bengis bau amis
aku tinggalkan si kera
wah, aku lihat si jerapah
dia sedang garuk garuk leher rupanya
tak lama si kuda lewat
o, lagi sibuk menyisir rambut dia
lanjut, aku kembali berjalan
eh, tak disangka aku ketemu ikan ikan aneh tapi menakjubkan
kulihat kuamati
hei, kenapa mereka termenung
padahal sudah kugoda dan kusentil sentil
ah pantas saja, ternyata akuariumnya memang terlalu kecil
bosan, aku lanjutkan perjalanan...
kemudian aku lihat si gajah
lho, koq mereka bermain bola
dan oh...
ada si lumba lumba juga
lho, koq mereka juga bisa main bola
ah bodoh
aku baru sadar
ternyata aku bukan di hutan
rupa rupanya ini kebun binatang
pantas saja semuanya terkekang
ah, aku tak habis pikir
kenapa harus ada sangkar
bukankah mereka dilahirkan untuk alam
seperti halnya bunga yang bebas untuk mekar
lalu kenapa mereka tidak berhak menghirup udara segar
entah kenapa ada taman safari
padahal seharusnya mereka bebas berlari
entah kenapa ada kebun binatang
ketika seharusnya banyak tanah ladang dan perairan
untuk mereka bermain dan berkejaran
ah, menyedihkan
hari sudah petang
lebih baik aku kembali pulang...
Malang. 20 April 2009
0 komentar:
Posting Komentar