kita memang tak pernah saling berterus terang
bertukar mimpi bertransaksi hati
mungkin pernah,
tapi itupun jarang
hanya diam dalam kata
menghitung bintang yang tak pernah kita terawang
hanya menggantung lunglai di sudut kamar yang mulai lembab
oleh bau tubuhmu yang harum melekat
meski kadang terlambat
aku tak pernah berkhianat
kau yang selalu meredam dengkurku
dengan lirih isak tangismu
matamu yang mencariku di lautan petang di kala gelap meradang
dengan pelukan hangat yang merayapi tubuhku
aku bergetar sendiri
karena aku takut ini hanya halusinasi
aku masih menjadi petarungmu
yang sepanjang tarikan nafasku akan tetap meninju kelemahanmu
ketakutanmu
aku jadi pemberani
jika disampingmu
tapi.
ketika tuntas amarahmu
aku bukan lagi pahlawanmu
aku lemah tak berdaya
kenapa kau marah?
kenapa kau menangis?
bertukar mimpi bertransaksi hati
mungkin pernah,
tapi itupun jarang
hanya diam dalam kata
menghitung bintang yang tak pernah kita terawang
hanya menggantung lunglai di sudut kamar yang mulai lembab
oleh bau tubuhmu yang harum melekat
meski kadang terlambat
aku tak pernah berkhianat
kau yang selalu meredam dengkurku
dengan lirih isak tangismu
matamu yang mencariku di lautan petang di kala gelap meradang
dengan pelukan hangat yang merayapi tubuhku
aku bergetar sendiri
karena aku takut ini hanya halusinasi
aku masih menjadi petarungmu
yang sepanjang tarikan nafasku akan tetap meninju kelemahanmu
ketakutanmu
aku jadi pemberani
jika disampingmu
tapi.
ketika tuntas amarahmu
aku bukan lagi pahlawanmu
aku lemah tak berdaya
kenapa kau marah?
kenapa kau menangis?
Malang. 1 Juni 2009
0 komentar:
Posting Komentar